Ini kisah lama. Kisah tahun 1823. Kisah tentang dua ekor binatang.
Si kelinci, namanya Klin Klin. Si Keong sawah, namanya King Kong.
King Kong Sentiong Barepa lengkapnya. Mereka tidak ada janji bertemu.
Tapi mereka bertemu di areal pesawahan, pada sore hari itu.
King Kong, mendapatkan Klin Klin sedang membuat hurup K dengan pulpen
biru pada bagian punggung tangannya. Dia bersandar di pohon Ki hujan
yang tumbuh di pematang sawah.
Si King Kong sendiri sedang duduk menggambar. Dia menggambar seribu
tangkai bunga mawar di atas permukaan lumpur. Kedua binatang itu asik
dengan dirinya sendiri. Tidak saling peduli. Tidak ada suara, kecuali
angin. Atau sesekali terdengar suara Klin Klin meludahkan dahaknya
jauh-jauh.
Tapi lama-lama, si Klin Klin mulai membuat si King Kong sebal. Itu,
mata si Klin Klin suka seperti sengaja mendelik ke arah King Kong. Dia
melakukannya sambil senyum, maksudnya senyum yang mengandung makna
meremehkan.
Si King Kong tiba-tiba jadi benci sama Klin Klin. Mulanya masih bisa dibiarkan, tapi lama-lama mulai membuat si King Kong kesal:
”Apa sih lihat-lihat!”, si King Kong membentak. Itu membuat si Klin
Klin jadi kaget. Klin Klin tidak menjawabnya, dia malah berlagak seperti
sengaja tidak mau mendengar. Mata si Klin Klin diarahkan ke jurusan
lain, ke arah barat daya, ke arah asal angin bertiup. Lihat bibirnya,
terus saja tersenyum menyebalkan. Sesekali malah ada selingan ketawa.
Keras sekali. Itu membuat King Kong jadi melotot kepadanya. Melotot
kesal. Dan mulut King Kong cemberut. Maka itu tandanya King Kong mulai
marah.
Si King Kong menggores-goreskan tangannya pada gambar seribu mawar di
lumpur, sama seperti anak kecil kalau sedang mengacak-acak nasi. Itu
dia lakukan supaya terasa seperti melakukannya pada muka si Klin Klin.
Wow, warna muka si King Kong sebenarnya merah, kalau saja si Klin Klin
bisa melihat.
“Eeiii, cemberut! Kayak anak kecil aja”, Klin Klin mulai buka suara, tapi mukanya tetap mengarah ke tempat lain.
“Balap lari deh kalau berani” Sambung Klin Klin. Suaranya datar.
King Kong tidak menjawab, ia masih terus melotot kea rah Klin Klin.
“Berani enggaaaak?” Klin Klin terus aja ngomong. Suaranya itu, suara kesombongan.
“Ayo!!!” Jawab si King Kong, suaranya seperti menjerit. Marah besar rupanya.
Si King Kong beranjak dari Lumpur, datang untuk menghampiri Klin
Klin. Tapi Klin Klin malah tertawa dan kemudian menatap King Kong dari
ujung punuk hingga ke ujung kakinya.
“Bener beraniiiiii?”, Klin Klin bicara dengan nada meremehkan. King
Kong menjawabnya dengan menarik garis di atas tanah dan membuat tulisan
“STAR”, oh pasti maksudnya “START”.
Kalau dipersingkat ceritanya, maka kedua binatang pengangguran itu
pun akhirnya jadi juga bertanding untuk saling adu cepat berlari.
Keduanya mulai saling mengambil ancang-ancang. Satu, dua….tigaaaaaaa!!!
Sejak itu keduanya pun mulai berlari. Saling memacu dirinya.
Klin Klin lari seperti kilat. Kencang sekali. King Kong lari seperti
tidak, menyebabkan dia jadi tertinggal jauh di belakang. Larinya pelan
sekali sih. Cuma 100 centimeter perjam. Lihat coba si Klin Klin, dia
masih terus berlari. Berlari kencang sekali. Makin jauh saja
meninggalkan King Kong yang bergerak merayap dengan keringatnya yang
mulai mengucur. Bergerak terengah-engah.
Beberapa lama kemudian jarak antara keduanya sudah jadi sejauh satu
kilometer. Malahan lebih. Ya betul akhirnya Klin Klin yang menang. Ia
sudah tiba dengan selamat di garis FINISH, sambil merasa heran karena
melihat sudah terdapat tulisan FINISH disana. Sedangkan si King Kong,
wah masih jauh tertinggal di belakang. Mungkin baru satu hari lagi dia
akan bisa sampai.
Si Klin Klin berkacak pinggang, kepalanya dongak untuk ketawa.
Ketawanya sengaja dibikin keras, supaya si King Kong bisa mendengar.
Karena si King Kong berada jauh sekali, terlihat cuma titik kecil. Si
titik kecil itu, si King Kong itu, kemudian bergerak untuk belok ke
arah sawah. Bergerak lesu seperti hidup sudah tanpa harapan diiringi
suara Klin Klin yang tertawa membanggakan dirinya. Mudah-mudahan King
Kong akan mendengarnya seperti sembilu yang sedang mengiris hatinya.
Nah bapak-bapak, ibu-ibu, cerita di atas itu, tentu saja cuma
dongeng. Tapi kalau disimak bisa diambil hikmahnya, bahwa pertama, kalau
menang jangan sombong, karena sombong itu sangat menyakitkan orang yang
belum memiliki kesempatan untuk sombong. Kedua, usahakan jangan kalah
kalau bertanding, karena kalah dalam pertandingan itu bukan biasa. Kalah
dalam pertandingan itu sangat luar biasa. Sangat luar biasa menyakitkan
ha ha ha. Ketiga, ya itu, kalau mau mendapat takdir yang dihendaki,
harus tahu kapasitas dirimu.