Sabtu, Maret 07, 2015

KEONG DAN KELINCI

Ini kisah lama. Kisah tahun 1823. Kisah tentang dua ekor binatang.
Si kelinci, namanya Klin Klin. Si Keong sawah, namanya King Kong. King Kong Sentiong Barepa lengkapnya. Mereka tidak ada janji bertemu. Tapi mereka bertemu di areal pesawahan, pada sore hari itu.
King Kong, mendapatkan Klin Klin sedang membuat hurup K dengan pulpen biru pada bagian punggung tangannya. Dia bersandar di pohon Ki hujan yang tumbuh di pematang sawah.
Si King Kong sendiri sedang duduk menggambar. Dia menggambar seribu tangkai bunga mawar di atas permukaan lumpur. Kedua binatang itu asik dengan dirinya sendiri. Tidak saling peduli. Tidak ada suara, kecuali angin. Atau sesekali terdengar suara Klin Klin meludahkan dahaknya jauh-jauh.
Tapi lama-lama, si Klin Klin mulai membuat si King Kong sebal. Itu, mata si Klin Klin suka seperti sengaja mendelik ke arah King Kong. Dia melakukannya sambil senyum, maksudnya senyum yang mengandung makna meremehkan.
Si King Kong tiba-tiba jadi benci sama Klin Klin. Mulanya masih bisa dibiarkan, tapi lama-lama mulai membuat si King Kong kesal:
”Apa sih lihat-lihat!”, si King Kong membentak. Itu membuat si Klin Klin jadi kaget. Klin Klin tidak menjawabnya, dia malah berlagak seperti sengaja tidak mau mendengar. Mata si Klin Klin diarahkan ke jurusan lain, ke arah barat daya, ke arah asal angin bertiup. Lihat bibirnya, terus saja tersenyum menyebalkan. Sesekali malah ada selingan ketawa. Keras sekali. Itu membuat King Kong jadi melotot kepadanya. Melotot kesal. Dan mulut King Kong cemberut. Maka itu tandanya King Kong mulai marah.
Si King Kong menggores-goreskan tangannya pada gambar seribu mawar di lumpur, sama seperti anak kecil kalau sedang mengacak-acak nasi. Itu dia lakukan supaya terasa seperti melakukannya pada muka si Klin Klin. Wow, warna muka si King Kong sebenarnya merah, kalau saja si Klin Klin bisa melihat.
“Eeiii, cemberut! Kayak anak kecil aja”, Klin Klin mulai buka suara, tapi mukanya tetap mengarah ke tempat lain.
“Balap lari deh kalau berani” Sambung Klin Klin. Suaranya datar.
King Kong tidak menjawab, ia masih terus melotot kea rah Klin Klin.
“Berani enggaaaak?” Klin Klin terus aja ngomong. Suaranya itu, suara kesombongan.
“Ayo!!!” Jawab si King Kong, suaranya seperti menjerit. Marah besar rupanya.
Si King Kong beranjak dari Lumpur, datang untuk menghampiri Klin Klin. Tapi Klin Klin malah tertawa dan kemudian menatap King Kong dari ujung punuk hingga ke ujung kakinya.
“Bener beraniiiiii?”, Klin Klin bicara dengan nada meremehkan. King Kong menjawabnya dengan menarik garis di atas tanah dan membuat tulisan “STAR”, oh pasti maksudnya “START”.
Kalau dipersingkat ceritanya, maka kedua binatang pengangguran itu pun akhirnya jadi juga bertanding untuk saling adu cepat berlari. Keduanya mulai saling mengambil ancang-ancang. Satu, dua….tigaaaaaaa!!! Sejak itu keduanya pun mulai berlari. Saling memacu dirinya.
Klin Klin lari seperti kilat. Kencang sekali. King Kong lari seperti tidak, menyebabkan dia jadi tertinggal jauh di belakang. Larinya pelan sekali sih. Cuma 100 centimeter perjam. Lihat coba si Klin Klin, dia masih terus berlari. Berlari kencang sekali. Makin jauh saja meninggalkan King Kong yang bergerak merayap dengan keringatnya yang mulai mengucur. Bergerak terengah-engah.
Beberapa lama kemudian jarak antara keduanya sudah jadi sejauh satu kilometer. Malahan lebih. Ya betul akhirnya Klin Klin yang menang. Ia sudah tiba dengan selamat di garis FINISH, sambil merasa heran karena melihat sudah terdapat tulisan FINISH disana. Sedangkan si King Kong, wah masih jauh tertinggal di belakang. Mungkin baru satu hari lagi dia akan bisa sampai.
Si Klin Klin berkacak pinggang, kepalanya dongak untuk ketawa. Ketawanya sengaja dibikin keras, supaya si King Kong bisa mendengar. Karena si King Kong berada jauh sekali, terlihat cuma titik kecil. Si titik kecil itu, si King Kong itu, kemudian bergerak untuk belok ke arah sawah. Bergerak lesu seperti hidup sudah tanpa harapan diiringi suara Klin Klin yang tertawa membanggakan dirinya. Mudah-mudahan King Kong akan mendengarnya seperti sembilu yang sedang mengiris hatinya.
Nah bapak-bapak, ibu-ibu, cerita di atas itu, tentu saja cuma dongeng. Tapi kalau disimak bisa diambil hikmahnya, bahwa pertama, kalau menang jangan sombong, karena sombong itu sangat menyakitkan orang yang belum memiliki kesempatan untuk sombong. Kedua, usahakan jangan kalah kalau bertanding, karena kalah dalam pertandingan itu bukan biasa. Kalah dalam pertandingan itu sangat luar biasa. Sangat luar biasa menyakitkan ha ha ha. Ketiga, ya itu, kalau mau mendapat takdir yang dihendaki, harus tahu kapasitas dirimu.
kutipan dari imam besar pidi baiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan beri komentar untuk kebaikan bersama

POPULAR POST